Thursday, January 23, 2020

Resensi BRE-X Sebongkah Emas Di Kaki Pelangi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Resensi BRE-X Sebongkah Emas Di Kaki Pelangi” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Jurnalisme Investigasi yang diampu oleh Reni Susanti, M.Ikom.
Makalah ini berisi tentang analisa buku BRE-X Sebongkah Emas Di Kaki Pelangi. Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat dalam memahami retorika dan metode berbicaranya.
Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari karya ini.


    Bandung, 14 Oktober 2019

                                                                                                      Penulis














DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHUALUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II ISI 2
BAB I BUSANG 2
BAB 2 JOHN FELDERHOF 4
BAB 3 DAVID WALSH 6
BAB 4  KUNTORO MANGKUSUBROTO 8
BAB 5 MOHAMMAD HASAN 9
BAB 6 MICHAEL DE GUZMAN 12
BAB 7 JIM BOB MOFFET 14
BAB 8 IDA BAGUS SUDJANA 18
BAB 9 TORONTO 19
BAB III PENUTUP 23
A. Kesimpulan 23
B. Saran 23
FLOWCHART 24



BAB I
PENDAHUALUAN

 A. Latar Belakang Masalah
Kekayaan alam Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Sejak jaman dahulu, Indonesia diperebutkan bangsa lain karena semua kekayaan alam berada disini. Busang, Kalimantan Timur pun tidak luput dari para pemburu. Emas yang terkandung dalam perut bumi di wilayah ini sudah sangat terkenal se antero benua. Suku asli Kalimantan pun sudah diketahui bahwa kegiatan mencari emas dan menemukannya adalah hal biasa bagi mereka. Itulah yang menyebabkan para investor asing sangat tertarik dan berlomba untuk dapat menambang emas dan mendirikan perusahaan mereka di Busang. 
BRE-X adalah salah satu perusahaan asal Kanada yang mengklaim bahwa dirinya berhasil menemukan cekungan emas di Busang. Namun, pada saat Freeport ingin bekerjasama dan membuktikan keberadaan kandungan emas tersebut terlebih dahulu, ternyata tidak ditemukan emas seperti yang di gembor-gemborkan oleh BRE-X. Geolog ternama BRE-X, De Guzman dikabarkan bunuh diri dengan melompat dari atas helicopter pada saat perjalanan penunjukan cekungan tersebut. Hingga kini cekungan tersebut belum diketahui dan motif kematian De Guzman menjadi sebuah pertanyaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana resensi buku BRE-X Sebongkah Emas di Kaki Pelangi dari bab pertama hingga terakhir? 
2. Apa kelebihan dan kekurangan buku BRE-X Sebongkah Emas Di Kaki Pelangi pada setiap babnya?
C. Tujuan
1. Mengetahui resensi buku BRE-X Sebongkah Emas di Kaki Pelangi dari bab pertama hingga terakhir
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku BRE-X Sebongkah Emas Di Kaki Pelangi pada setiap babnya





BAB II
ISI

BAB I BUSANG
Orang-orang Dayak Busang yang sudah dua hari mengunjungi perkemahan kami adalah makhluk-makhluk yang aneh. Kaum prianya berperawakan jankung, kurus, tetapi berotot. Kaum wanitanya kecil, ramping, seperti kekurangan gizi. Pakaian dan gambar rajah mereka menyerupai orang-orang Mahakam Hulu. Persenjataan mereka terutama sumpit dan parang. Mereka menanam sedikit padi, dan menggatungkan hidupnya dari hasil buruan kondisi yang sering memaksa nmereka sering berpindah tempat. Percakapan mereka lakukan dalam bahasa Busang. Menurut Bernard Sellato, seorang insinyur geologi bangsa Perancis yang kemudian menekuni bidang antropologi dan ahli tentang Kalimantan, mengatakan bahwa Busang adalah nama satu kelompok etnis yang bermukim di hulu Sungai Mahakam, sekitar Kecamatan Longbagun dan Longpahangai, di Kalimantan Timur.
1. Tambang Emas Tradisional
Sungai Musang di masa lalu adalah surga bagi masyarakat Dayak. Para pedatang pun mulai bermunculan di sekitar Sungai Musang itu mendengar adanya rezeki emas. Pada tahun-tahun pertama pendulangan emas di kawasan itu, masyarakat Dayak mengadakan pesta adat ngadet setiap tahun sebagai ucapan penghormatan kepada “pengusa” sungai. Mereka mempersembahkan kurban dengan memotong ayam dan babi. Di antara para pedulang tradisional ini juga berlaku berbagai ketentuan yang bersifat magis. Misalnya, emas atau intan yang baru saja ditemukan tak boleh disimpan di dalam kantung pakaian, melainkan harus dimasukkan ke dalam mulut. Mereka juga tak boleh sembarangan menyebut emas dan intan. Intan, misalnya, disebut sebagai galuh (putri cantik). Bila orang tak mampu mengendalikan emosi ketika menemukan benda berharga, dan menyebut benda-benda temuannya secara sembarangan, benda itu bisa berubah menjadi batu biasa.
2. Kontrak Karya
Bersumber dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang sakral itulah semua peraturan tentang pertambangan diderivasikan. Secara bijaksana pula Pemerintah membuat penafsiran, bahwa “menguasai” tidaklah identik dengan “memiliki”. Penafsiran ini merupakan landasan penciptaan peraturan-peraturan di bidang usaha pertambangan Indonesia. Dalam sebuah diskusi di Sekretariat Negara sekitar sepuluh tahun yang lalu, Pemerintah bertekad untuk mengurangi kesan (down tone) kepemilikan, dan sebaliknya mencuatkan kepentingan pemasukan Negara, kesempatan kerja, dan mengurangi kesenjangan dengan memakai asset yang dikuasai Negara. Kontrak pertamabangan berdasarkan production sharing itu hanya berlaku bagi komditi minyak dan gas bumi, serta batubara. Untuk jenis-jenis mineral lain, berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan, Pemerintah menerapkan sistem Kuasa Pertambangan (KP, hanya pengusaha nasional), dan Kontrak Karya (KK, hanya untuk pengusaha asing). Perbedaan utama antara KPS (Kontrak Production Sharing) dan KK (Kontrak Karya) adalah bahwa pada KPS manajemen seluruh kontraktor asing ditangani oleh Indonesia, dalam hal ini Pertamina. Pada prinsipnya Kontrak Karya memberi jaminan hak untuk menambang bagi kontraktor yang berhasil menemukan cebakan mineral yang ekonomis. Prinsip yang kedua adalah apa yang dikenal di kalangan hukum sebagai lex specialis, yaitu bahwa ketentuan-ketentuan di dalam Kontrak Karya itu tidak akan berubah selama masa berlaku kontrak.
3. Puncak Gunung Es
Kuntoro Mangkusubroto, ketika masih menjabat sebagai Direktur Jendral Pertambangan Umum, mengatakan bahwa Kontrak Karya hanya diberikan kepada kontraktor asing sesuai dengan kebijakan Pemerintah setelah mempertimbangkan besarnya modal untuk melakukan usaha di bidang ini. Namun demikian, menurut Kuntoro, Pemerintah juga mulai mempertimbangkan pemberian Kontrak Karya kepada kontraktor nasional, atau perluasan dari sistem Kuasa Pertambangan yang sekarang diberikan kepada pengusaha nasional.
4. Sabuk Emas Kalimantan
Di kalangan Masyarakat pedalaman kalimantan, emas merupakan perburuan sehari-hari. Orang-orang Dayak selalu mempunyai dulang dan timbangan. Ke mana-mana mereka pergi membawa dulang. Bahkan, kalau ada genteng yang jatuh dan pecah, orang akan mengamatinya kalau-kalau ada butiran emas di dalamnya.
5. Isi Perut Bumi Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia sebenarnya sudah membuat langkah maju dengan berhasilnya dirampungkan pekerjaan memetakan seluruh wilayah Kepualaun Indonesia dengan skala 1:250.000. beberapa bagian bahkan telah pula dipetakan dengan skala 1:50.000 maupun 1:25.000. pemetaan itu dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi.
6. Hak Ulayat Suku Dayak
Sekalipun kekayaan alam yang terkandung di dalam perut bumi itu dimiliki oleh Negara, tetapi masyarakat yang secara adat memiliki hak ulayat atas lahan tentunya tak bisa disingkirkan begitu saja. “Hak mereka tak cukup hanya sekadar diganti dengan relokasi. Harus ada empati serta ‘ganti rugi’ yang menjadikan kehidupan mereka lebih baik,” kata Dr. Maria S.W. Sumardjono, Kepala Studi Pertanahan Universitas Gajah Mada menjawab pertanyaan Kompas.
Kelebihan : Di bab 1 ini membahas mengenai Busang mengenai letak geografis, karakter    orang, psikis, dan lain lain, juga banyak terdapat pengertian dan hasil    penelitian para ilmuan mengenai busang itu sendiri yang membuat kita    paham terlebih dahulu apa maksud dari buku ini dan apa saja yang akan   dibahas di bab selanjutnya. Di bab satu ini terdapat enam judul lead yang               berurutan, ini sangat menarik dan berhubungan satu sama lain. Banyak kata-   kata sastra yang indah juga unik
Kekurangan :Terlalu bertele-tele mengenai pembahasan, saya fikir banyak orang yang membaca di bab satu aja sudah bosan tapi belum menemukan titik inti nya. Pembahasannya lebih kompleks mengenai Indonesia itu sendiri, perundang-              undangan, dan letak geografis, namun sedikit tentang busang.
BAB 2 JOHN FELDERHOF
Felderhof merupakan lulusan sarjana geologi dari Dalhousie University di Halifax pada 1962. Bersama seorang geolog muda lainnya, Doughlas Fishburn, pada 1968 mereka menemukan sebuah cebakan emas dan perak di Ok Tedi. Cebakan ini terbukti merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Namun, Felderhof tidak pernah dianggap sebagai co-founder. Ia hanya dianggap berjasa sebagai salah satu anggota tim dari penemu cebakan itu, Doughlas Fishburn. Sejak saat itu, Felderhof menghilang.
Peter Howe memanggilnya untuk menyusun rencana “penyerangan” ke Indonesia. Gerakan Howe pertama kali di Indonesia adalah menggarap sebuah tambang kecil di Irian Jaya. Bukan hanya Howe yang tertarik pada kekayaan Indonesia, pada saat bersamaan seorang bernama Michael Novotny berkali-kali datang ke Indonesia untuk mengintip kekayaan mineralnya. Kedua orang ini, Howe dan Novonty bisa dianggap sebagai perintis bagi berbondong-bondongnya investasi Australia untuk menggarap potensi mineral Indonesia. 
Pada saat melakukan studinya, Novonty membawa usulan lengkapnya kepada Kevin Parry. Parry memiliki usaha yang bergerak dibidang penambangan minyak, Pelsart Resources NL. Novonty berhasil mempengaruhi Perry untuk mengubah orientasi Pelsart yang semula menambang minyak menjadi menambang emas. Howe dan Novonty bekerjasama hingga Pelsart menjadi perusahaan yang diakui kebesarannya di Indonesia dengan 30 geolog asing yang menggarap sekitar 20 KP Eksplorasi yang dimiliki mitra lokalnya. Beberapa geolog Filipina, termasuk Michael de Guzman ikut ke dalam permainan.
1. Terbentuknya Aliansi
Felderhof menyarankan agar Walsh mengakusisi sebuah properti di Busang, Kalimantan Timur, yang sudah di-eksplorasi pada 1987-1989 oleh Montague Gold NL.Montague Gold NL, berkedudukan di Perth, Australia Barat, adalah sebuah induk perusahaan yang membawahkan beberapa anak usaha lainnya. Salah satunya adalah Westralian Resources Project Ltd. (WRP). WRP memegang 80% saham pada sebuah usaha patungan dengan PT Sungai Atan Perdana (10%) dan PT Krueng Gasui (10%). PT Sungai Atan Perdana dimiliki sahamnya oleh: Jusuf Merukh (32%), H. Syakerani (32%), Gerry Mbatemooy (12%). Sedangkan PT Krueng Gasui dimiliki 100% oleh Jusuf Merukh. Usaha patungan ini memakai nama PT Westralian Atan Minerals (WAM) yang memiliki Kontrak Karya Generasi IV atas Proyek Busang di Busang I. Karena Bre-X kini memiliki Montague Gold NL sebagai subsidiari, maka dengan sendirinya Bre-X pun memiliki 80% bagian dari Kontrak Karya Busang yang dimiliki perusahaan patungan PT Westralian Atan Minerals atas nama Westralain Resources Project Ltd. 
2. Visi Jusuf Merukh
Jusuf Merukh pernah menjadi Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi pertambangan. Pengetahuannya di bidang pertambangan, serta aksesnya yang baik dengan birokrasi, membuat Jusuf Merukh berhasil mengantungi sekitar 200 KP (Kuasa Pertambangan). Dr. Soetaryo Sigit yang ketika itu menjadi Direktur Jendral tidak bisa mencegah “permainan” itu karena memang tak ada mekanisme yang melarang seorangmengajukan aplikasi Kuasa Pertambangan sebanyak-banyaknya.Jusuf Merukh kemudian menggandeng Haji Syakerani bin Haji Syakiran, seorang pengusaha bersahaja asal Amuntai, Kalimantan Selatan. 
3. Pertemuan Diaterma Maar
Penemuan kubah itu yang letaknya berada di luar Kuasa Pertambangan kawasan Busang I membuat Felderhof segera meyakinkan David Walsh untuk mengikat kesepakatan dengan Haji Syakerani yang memiliki Kuasa Pertambangan di kawasan ditemukannya kubah itu, yaitu Busang II, atas nama PT Askatindo Karya Mineral. Pada September 1994, perjanjian dengan Askatindo berhasil disepakati dengan Bre-X memegang 90% saham pada masing-masing perusahaan patungan yang didirikan. Kedua usaha patungan ini kemudian mengajukan permohonan Kontrak Karya untuk Busang II. Setahun kemudian Bre-X juga mengajukan Kontrak Karya atas Busang III bersama PT Amsya Lina yang juga dimiliki oleh H. Syakerani.
4. Demam Emas
Penemuan demi penemuan dari lubang pengeboran baru yang secara reguler dilaporkan dari markas besar Bre-X di Calgary terus-menerus menambahkan data potensi cebakan Busang. Bersama dengan itu, harga saham Bre-X pun terus meningkat. Pada akhir Februari 1996, saham Bre-X telah mencapai ketinggian C$160. Para pialang saham sudah mulai bersepakat bahwa dalam tempo enam bulan, harga saham Bre-X bisa mencapai nilai C$270
Kelebihan : Diceritakan secara cukup lengkap mengenai siapa saja yang terlibat dalam    pencarian emas ini dan perusahaan-perusaahan yang terlibat. Tak hanya    sampai situ, harga saham dan catatan penelitian Felderhof pun dicantumkan.
Kekurangan : Jalan cerita lompat-lompat, antar sub bab seperti memiliki poin cerita sendiri    yang cukup membuat bingung untuk menarik garis besar cerita Felderhof   dalam bab ini. 
BAB 3 DAVID WALSH
David Walsh mendirikan BRE-X Minerals Lt.dpadatahun 1988 dengan pemegang saham terbesar adalah Bresea dan Walsh pribadi. Bisnis yang dilakukan pertama kali oleh BRE-X adalah menggarap lahan pertambangan emas di timur laut Yellow knife. Walsh mulai tertarik dengan investasi pada pertambangan emas setelah bertemu dengan John Frederhof di Sydney pada 1983. Bisnis pertama BRE-X tidak berjalanbaik, bahkan terpuruk. Dengan keadaan tersebut, Pada tahun 1991, Walsh dituntut oleh Royal Bank of Canada senilai C$40.775, dan melakukan overdrawn sebesar C$15.000 di National Bank. Padatahun 1993, Walsh menyatakan bangkrut dengan jumlah total hutang C$ 59.500 dari 15 kartu kredit.
Pada tahun yang sama, Walsh mendapatkan anginsegar, Felderhof memimpin kegiatan eksplorasi BRE-X di Indonesia. Kegiatan eksplorasi ini membuat Barrick Gold Company merasa tertarik dengan BRE-X dan berkeinginan untuk bekerjasama. Direktur Eksplorasi Barrick, Paul Kavanagh memulai pembicaraan bersama Walsh pada Oktober 1993 dengan kemungkinan terdapat kerjasama antara Barrick dan BRE-X. Belum sampai terjadi kesepakatan, Paul Kavanagh pension dan digantikan oleh Alex Davidson. Pembicaraan BRE-X dengan Barrick masih berlangsung, Desember 1993, Alex, Walsh dan Felderhof bertemu di Toronto. Pada saat bertemu Alex, Walsh menyetujui akan bekerjasama dengan Barrick dengan menawarkan usulan private placement senilai C$500.000 (14% jumlah saham, 41 sen per lembar), pihak Barrick belum menerima tawaran BRE-X dan menawarkan mekanisme perusahaan patungan. Tak lama dari kesepakatan tersebut BRE-X memutuskan untuk tidak bekerjasama dengan Barrick, karena kerjasama tersebut ternyata merugikan BRE-X. Chairman dan Chief Excecutif Barrick Gold Corporation memberikan penawaran yang merugikan, diasumsikan BRE-X memiliki saham 80% di Busang, dan mitra lokal 20%, Barrick meminta 70% dari bagian 80% itu.Setelah memutuskan kerjasama dengan Barrick, dana BRE-X mulai menipis dan eksplorasi di busang semakin menjadi. Dalam keadaan genting tersebut datanglah Robert Van Doon yang bekerja di Ondaatje McCutcheon Ltd. Kimia dan menyerahkan private placement senilai C$4,5 Juta
Pada 1 Juli dan 2 Juli 1996, Tony Hudson melayangkan surat kepada BRE-X dengan isi tuntutan tentang keberatan Jusuf Merukh terhadap duahal yaitu pelanggaran atas kewajiban sebagai mitra perusahaan patungan dan sebagai pengelola atas KK Wilayah Muatan Atan. Tuntutan ini tidak berdasar Karena BRE-X sudah mengakuisisi Montague yang otomatis BRE-X memiliki 80% KK dari KK Busang I yang dimiliki WAM. WAM sendiri adalah perusahaan patungan yang 80% sahamnya dimiliki Westralian Resource Project, 10% PT Sungai Atan Perdana, 10% PT Krueng Gasui, dan Jusuf Merukh merupakan pemilik dari dua perusahaan terakhir itu.
Untuk memperluas area, Busang II di Timur laut Busang 1 dan Busang III di kawasan utara Busang I, BRE-X harus mengajukan aplikasi KK Generasi VI. Direktur Jendral Pertambangan Umum sudah memberikan persetujuan prinsip dan memberikan SIPP (Surat Ijin Penyelidikan Pendahuluan) untuk Busang I danBusang II.
Dengan tuntutan Jusuf Merukh, BRE-X tidak bergeming dan makin naik kepuncak dengan ditemukannya endapan emas Busang yang mencapai 47 Juta ons. Baru pada Oktober 1996 gaung tuntutan Jusuf Merukh mulai terdengar para analis saham, dan Krueng Gasui juga mengancam akan melakukan tuntutan hukum lewat pengadilan, membuat nilai saham BRE-X melunak. Tapi tak lama setelah itu, BRE-X menemukan endapan emas baru, sehingga jumlah endapan emas yang dimiliki BRE-X mencapai 57, 3 juta ons yang lebih menarik investor, sehingga ancaman tuntutan Krueng Gasui tidak mempan.
Kelebihan : Dalam BAB ini bukan hanya memperlihatkan perseteruan antara Barrick   dengan BRE-X, atau BRE-X dengan Jusuf Merukh dan Krueng Gasui saja,   tetapi diperlihatkan pula bagaimana David Walsh saat dia meniti karir yang   penuh lika liku, hingga menjadi pemilik BRE-X yang pada akhirnya sukses   dan latar belakang Peter Munkseagai CEO Barrick. Kita bisa melihat   perjuangan mereka yang sangat menginspirasi, berusaha dari 0, dari awalnya   sering dikejar-kejar penagih utang hingga bisa membeli rumah singgah   mewah.
Kekurangan : Banyak hal yang tidak dijelaskan secara rinci dalam Bab ini, seperti kenapa   Felderhof bisa mengetahui ada endapan emas di Kalimantan, mengapa masa   pensiun Kavanagh dipercepat, sejak kapan Kavanagh bergabung dengan   BRE-X serta hubungan Krueng Gasui dengan BRE-X.
BAB 4  KUNTORO MANGKUSUBROTO
Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, M.Sc.adalah seorang gurubesar di Jurusan Teknik Industri ITB (Institut Teknologi Bandung) dan Universitas Airlangga Surabaya. Kuntoro dan C. Listiarini Trisnadi mempunyai buku yang berjudul Analisa Keputusan menjadi buku harus dibaca di sebagian perguruan tinggi. Kuntora mempunyai tiga gelar magister yaitu dua gelar diperolehnya dari Northeastern University: Master of Science in Industrial Engineering, dan Master of Science di bidang Civil di Standford University. Gelar doctor diraih di almamater-nya, ITB, dengan disertai tentang Analisa Keputusan.
Kuntoro mempunyai jabatan birokrasi sejak tahun 1983 ketika dia diangkat sebagai pembantu khusus menteri Muda Urusan Peningkatan dan Pengakalan Produksi Dalam Negeri Ginandjar Kartasasmita. dan dia merangkap menjadi staf Sekertaris Negara. Kuntoro pernah menjadi penasihat direksi Perusahaan Negara Kereta Api. Kuntoro menjadi pengusaha sebagai Direktur Utama PT Tambang Batubara Bukit Asam. dan dia sukses dalam waktu singkat Kuntoro melakukan restrukturisasi di Bukit Asam. Belum dua tahun di sana, Ginandjar mengirimnya ke tempat yang lebih sulit: Pangkalpinang. Kuntoro diangkat sebagai Direktur Utama PT Timah pada 1989. Kuntoro mengelola dua PT milik BUMN.
Staf Ahli Menteri Pertambangan dan Energi, Kuntoro diminta untuk mengangguhkan aplikasi Kontrak Karya yang diajukan Bre-X bersama mitra lokalnya untuk Busang II dan Busang III. Kuntoro mengatakan bahwa karena aplikasi itu sudah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, maka pencabutan aplikasi itu akan merupakan tindakan melanggar hukum.
Adnan Ganto bahkan mem-bypass Kuntoro untuk meminta staf Direktorat Jendral Pertambangan Umum melakukan hal yang sama.. Kuntoro tak bisa lagi mengelak dari tekanan yang terus-menerus diarahkan kepadanya. Karena ia tak bisa membatalkan aplikasi Kontrak Karya Bre-X, bargain terbaik yang bisa dilakukannya adalah membatalkan SIPP (Surat Izin Penelitian Pendahuluan). Pada 15 Agustus 1996, Kuntoro mencabut SIPP Bre-X dengan sebuah surat yang ditembuskan ke 27 instansi. SIPP yang berlaku untuk jangka waktu setahun itu sebenarnya baru saja diperpanjang pada 15 Juli 1996. Alasan yang disebutkan di dalam surat pencabutan SIPP itu pun sebenarnya sangat kabur: “berhubung terdapat permasalahan administrasi Bre-X yang belum diselesaikan”.
Kelebihan : Beberapa kata sangat menarik untuk dibaca mulai dari penggunaan kata.   Disini juga ada beberapa kalimat yang menginspirasi, seolah kita juga bisa   seperti itu. Kuntoro orang yang sangat pandai dan segit dalam mengambil   keputusan dan juga Kuntoro dapat meningkatkan perusahaan milik BUMN.
Kekurangan : Disini kuntoro tidak dijelaskan kenapa dia bisa menjadi pembantu khusus       menteri muda urusan peningkatan dan pengakalan produksi dalam negeri.    Ginanjar juga tidak menjalaskan tentang kuntoro kenapa bisa ditugaskan    menjadi direktur utama PT tambang batu bara bukit asam. Belum lama    Ginandjar mengirimnya ke tempat yang lebih sulit: Pangkalpinang. Kuntoro    diangkat sebagai Direktur Utama PT Timah. Disini tidak dijelaskan kenapa    Kuntoro di kirim ke PT timah di palangkaraya. Terdapat kata yang susah     untuk dipahami oleh pembaca.
BAB 5 MOHAMMAD HASAN
Alasan Kuntoro mencabut SIPP Bre-X ialah untuk menciptakan tabir asap untuk menutup permaianan yang mulai muncul dari berbagai kubu kekuasaan untuk menguasai Bre-X, menurut kuntoro, hal itu bisa saja mempengaruhi iklim investasi di Indonesia bila sampai isu tersebut terbuka. Apapun soalnya pembatalan SIPP Bre-X ternyata tidak menghentikan Bre-X dari kegiatan eksplorasinya. 27 September 1996, Johny Hermanto, tangan kanan Sigit Harjojujanto menelepon Kuntoro untuk meminta persetujuan melakukan pembicaraan dengan Bre-X dalam penyelesaian proses aplikasi Kontrak Karya untuk Busang II dan Busang III. Kuntoro pun menegaskan agar pembicaraan tersebut jangan diteruskan, karena akan menganggu pembicaraan yang berlangsung antara Bre-X dan Barrick. Akan tetapi Johny sama sekali tidak menghiraukan saran yang diberikan oleh Kuntoro. Memang sudah sejak lama ia mengincar Bre-X. Berbagai cara pun dilakukan demi mendapatkan saham tersebut. Di Indonesia masyarakat pertambangan terheran-heran dengan perkembangan yang begitu cepat terjadi serta adanya dimensi baru yang tiba-tiba muncul. 1 November 1996, dari kubu Barrick terdengar kabar bahwa pihaknya telah melakukan aliansi dengan mbak Tutut.
1. Wewenang Kuntoro Disunat
Oktober 1996 Departemen Pertambangan dan Energi mengeluarkan surat keputusan no 1490 tentang “Tata cara Pengajuan dan Pemrosesan Pemberian Kuasa Pertmabangan, Izin Prinsip, Kontrak Karya dan Perjanjian Kerja Pengusahaan Pertambangan Batu Bara. 17 Oktober 1996 Direktur Pertambangan Umum membatalkan proses pengaplikasian Kontrak Karya. Kuntoro sama sekali tidak tau menahu bahwa wewenangnya telah disunat sampai ia tau dari adanya media cetak. Jatuhnya Kuntoro dianggap oleh masyarakat pertambangan sebagai kekalahan kubu tektonat. Para tektonat pertambangan menganggap tidak ada lagi yang dapat maempertahankan prinsip-prinsip Kontrak Karya yang sudah ber-evolusi selama 30 tahun.
2. Komplikasi Barrick
22 September, presiden Soeharto menerima surat dari mantan presiden Amerika Serikat Goerge Bush yang meminta perhatian atas permohonan Barrick untuk bisa diikutsertakan dalam proyek Busang. Tanggal 5 November 1996 Barrick Gold harus masuk sebagai pemegang saham mayoritas Busang. Perundingan-perundingan antara Bre-X dan Barrick tetap saja berjalan alot, Barrick tetap menginginkan untuk mendapatkan bagian saham yang mayoritas, sedangkan Felderhof terus menerus mempertanyakan bagaimana caranya mengakomodasikan Askatindo sebagai mitra lokal, serta bagian 10% yang diminta pemerintah Indonesia. Akan tetapi Barrick sudah keburu yakin akan kemenangannya, sebelum adanya kesepakatan hitam diatas putih. Ia pun menyelenggarakan pesta besar-besaran di Toronto akan keteryakinannya itu. 16 Desember kesepakatan antara Barrick dan Bre-X tercapai. Barrick memperoleh 67,5%, Bre-X mendapatkan 22,5%, pemerintah Indonesia mendapatkan 10% akan tetapi dari penandatanganan tersebut timbullah masalah baru. Munculnya Mohamad Hasan secara tiba-tiba pada proyek Busang ini merupakan suatu keniscayaan yang telah lama diduga banyak orang.
3. Munculnya Dimensi Baru
Mohamad Hasan atau yang lebih dikenal dengan Bob Hasan, adalah seorang penguasaha kepercayaan presiden Soeharto. Beliau selalu menemani pak Harto bermain golf. Bisnis utama Bob Hasan pada bidang perhutanan, bisnis tersebut digelutinya sejak tahun 1960an. Tahun 1981 ia membuat suatu wadah lembaga hasil perhutani yang bernama Kelompok Nusamba (Nusantara Ampera Bakti). Ia juga merupakan pemain penting dalam bisnis otomotif, ia berhasil memiliki saham mayoritas dari PT Astra International, ia juga membangun pabrik bubur kertas PT Kiani Lestari di Kalimantan Timur. Gerakan diam-diam yang dijalankan Bob Hasan ini perlahan-lahan ingin menangani kasus Busang yang semakin lama penanganan yang dilakukan oleh Sudjana semakin membuat khawatir para investor asing. Moffet mengatakan bahwa “Busang adalah sebuah peluang bagi Freeport untuk mendapatkan 10 juta ons emas bagi McMoran Copper & Gold. Akhirnya Bob Hasan memilih Freeport untuk bergabung dalam menangani proyek Busang dan Barrick Gold Corporation akhirnya harus mengakui kekalahannya.
4. Kemelut Berlanjut
17 Februari 1997, David Walsh secara efektif menguasai sekitar 35% saham Bre-X melalui kepemilikan langsung maupun melalui Bresea yang memiliki 23% saham Bre-X. Sebenarnya lamaran Barick akan menguntungkan bagi Bre-X. Pemegang saham Bre-X pun sangat kebingungan, di Toronto harga saham Bre-X turun sedikit demi sedikit, akan tetapi menjelang akhir pekan saham tersebut pun naik perlahan-lahan. Freeport melakukan due deligence terhadap proyek Busang, harga saham Bre-X pun terbanting lagi, kali ini dibawah C$14. Kenyataannya bahwa ketika Bre-X mengumumkan data potensi Busang adalah perusahaan kecil yang tidak mempunyai history dibidang pertambangan. Salah satu isi majalah yang ada di Nassau menegaskan bahwa baik Freeport maupun Askatindo dan Amsya Lina tidak mempunyai hak penolakan bila seandainya pada suatu ketika Bre-X menjual sahamnya atau memutuskan untuk merger dengan perusahaan lain. Bre-X juga menyatakan bahwa dengan keahlian Freeport, tambang Busang bisa menghasilkan sekitar 6 juta ons emas per tahun. Sementara itu Sudjana masih dalam kebingungan akan janjinya terhadap PT Timah dan PT Aneka Tambang untuk diikutsertakannya dalam penggarapan proyek Busang ini. akan tetapi semua yang dilakukan hanyalah sia-sia belaka. Kedua PT tersebut tidak bisa diikutsertakan dalam proyek Busang tersebut, karena semuanya dipegang oleh Bob Hasan yang menganggap remeh kinerja BUMN
Kelebihan : Informasi yang disajikan sudah sangat lengkap sampai banyak tokoh, waktu   kejadian, dan semua keterlibatan disajikan seperti sudah dipersiapkan dengan   matang. Bahkan, tokoh sebelumnya, presiden hingga keterlibatan asing ikut   masuk kedalam scenario yang sudah diatur.
Kekurangan : Kurang focus terhadap orang yang dikisahkan (Bob Hasan). Latar belakang    sebelum menceritakan tokoh yang ingin dibahas pun terlalu panjang.    Sampai-sampai pemeran utama dalam bab ini tenggelam, focus yang benar-    benar menceritakan tokoh utama baru di dapat di judul ketida dari empat    judul sub bab 
BAB 6 MICHAEL DE GUZMAN
Pada Rabu, 19 Maret 1997, Michael De Guzman dikabarkan ‘jatuh’ dari helicopter dengan ketinggian 800 meter yang bertujuan untuk membawa Guzman dari bandara Termindung, Samarinda kembali ke basecamp tambang emas Busang di desa Persiapan Mekarbaru . Helikopter yang ditumpangi Guzman merupakan Helikopter Alouette III buatan Perancis yang dicarter dari PT Indonesian Air Transport, anak perusahaan PT Bimantara Citra.dan juru mesin Andrean. Pada saat berangkat ada empat orang yang menaiki helikopter, Letnan Kolonel Edi Tursono sebagai penerbang, juru mesin Andrean, Michael De Guzman, dan Rudy Vega.Rudy Vega minta diturunkan di Samarinda.Sehingga yang melanjutkan perjalanan hanyalah Kolonel Edi, Andrean dan Guzman.
Ada beberapa spekulasi yang muncul dengan kabar jatuhnya Guzman :
1. Guzman kemungkinan besar bunuh diri
Banyak catatan-catatan yang dikirimkan Guzman untuk keluarga dan rekan-rekannya mengindikasikan bahwa Guzman berniat untuk bunuhdiri, Tapi hal ini dibantah oleh Rudy Vega yang menyebutkan Guzman tidak mungkin bunuh diri dilihat dari pernyataan Rudy yang menyebutkan Guzman sedang berada di puncak kehidupannya.
2. Guzman kemungkinan dibunuh oleh pihak Freeport dan petinggi-petinggi di Indonesia
Dugaan ini sangat didukung oleh keluarga Guzman di Manila, dilihat bagaimana mereka menggiring opini public untuk mempercayai bahwa Guzman dibunuh, Felderhof juga sangat meyakini Guzman dibunuh oleh pihak Freeport, hubungan Felderhof dan Freeport memang agak kurang menyenangkan bahkan dari sebelum Guzman ditemukan meninggal.
3. Kematian Guzman merupakan sandiwara
Hipotesis ketiga ini paling dipercayai oleh penulis dengan bukti-bukti yang menurut saya cukup menjelaskan bahwa kematrian Guzman ini memang direkayasa. Bukti yang pertama, penemuan jasad Guzman yang sangat cepat, yaitu cuma 4 hari saja , padahal dilihat dari lingkungan hutan di Kalimantan sangat tidak memungkinkan dalam waktu empat hari itu langsung menemukan jasadnya, padahal untuk menemukan bangkai pesawat butuh waktu berminggu-minggu higga berbulan-bulan. Bukti yang kedua adanya laporan bahwa ada satu orang lagi yang ikut naik helicopter bersama Guzman. Bukti ketiga dari hasil autopsy tidak ditemukan gigi palsu di tubuh jasad yang diduga Guzman, padahal  Guzman memiliki gigi palsu. Bukti keempat NBI tidak bisa menyelidiki sidik jari jasad untuk dicocokkan dengan sidik jari Guzman, padahal saat itu NBI memiliki alat yang memadai, Bukti kelima, keluarga dari Guzman sendiri seakan menutup diri, sulit untuk diwawancarai, dan selalu mengelak ketika akan diwawancarai.

Kelebihan : Bagaimana Bondan menuturkan cerita sangat mudah dimengerti dan tidak       menimbulkan pertanyaan.
Kekurangan : Banyak kata yang typo, dan tidak disebutkan orang yang memberikan alamat    rumah keluarga Guzman, bahkan tidak disebutkan anonym, Bondan    diceritakan sudah memiliki alamat rumahnya.
BAB 7 JIM BOB MOFFET
Jamos Robert Moffett yang lebih akrab dengan panggilan Jim Bob  adalah Chairman merangkap Chief Executive Officer Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc., salah satu perusahaan terbesar di bidang pertambangan emas dunia. Jim Bob  lahir pada 1938 di Houma, Negara Bagian Texas yang kaya minyak. Jim sendiri adalah lulusan dari Universitas Texas di Austin sebagai sarjana geologi kemudian mengambil gelar magister di bidang geologi pula dari Universitas Tulane di New Orleans. Prestasi besar Jim Bob membesarkan Freeport-McMoRan juga membuatnya memperoleh dua gelar doctor honoris causa: satu di bidang ilmu pengetahuan dari Louisiana State University, dan satu lagi di bidang ekonomi dari University of New Orleans.
Jim Bob adalah orang yang kontroversal yang memiliki hubungan cinta dan benci dengan orang Indonesia, di satu sisi ia adalah penyumbang pajak terbesar dari Freeport akan tetapi imej Freeport yang mewarisi masalah lingkungan menjadi rapor buruk bagi Freeport. Pada tahun 1988 freeport tidak yakin akan pekerjaan jangka panjangnya di Indonesia karena sempat di prediksi di wilayah itu yaitu di Ertsberg bijih emas dan tembaga sudah akan habis. Ketika mulai siap-siap meninggalkan Eastberg pada tahun 1988 tim eksplorasi Frreport berhasil menemukan kandungan emas yang sangat besar di Grasberg, sebuah kawasan yang sangat berdekatan dengan Ertsberg. Untuk melaksanakan kerja besar itu, PT Freeport Indonesia Company (selanjutnya disebut PTFI atau Freeport) menggandeng beberapa investor lain: Rio Tinto Zinc, CRA, Indocopper Investama (sebagian milik Aburizal Bakrie yang kemudian diambil alih oleh Mohamad Hasan pada awal 1997).
Pada tahun 1990 bencana datang kedataran Timika hingga ke pantai selatan di genangi banjir besar. Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan pada Sungai Ajkwa sebelum terpecah menjadi dua anak sungai, yaitu : Kopi dan Minajerwi. Penyumbatan ituterjadi karena menumpuknya kayu gelondongan yang rebah disepanjang sungai dan pasir sisa operasi pertambangan yang dibuang ke Sungai Ajkwa. Banjir besar itulah yang membuat Freeport mulai menyadari bahwa apa yang tak dilakukannya selama ini, sekarang telah memanifestasi menjadi malapetaka, bahkan aib yang tak bisa lagi ditutup.
1. Freeport Kibarkan Bendera Merah
Setelah keputusan pada 17 Februari 1997, langkah pertama yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia Company adalah melakukan Due Diligence, hal ini tentu saja tidak luput dari sosok seorang Jim Bob Moffet. Dalam suatu wawancara ia mengatakan bahwa pihaknya memang sejak awal sudah menyangsikan angka-angka Busang yang sedemikian besarnya dan terus naik. Karena itulah Freeport menugasi ahli geologinya yang terbaik. Melihat hal tersebut, secara tak langsung ada benarnya juga apabila Freeport dianggap sebagai penyebab kematian De Guzman. Selama dua tahun lebih tak ada orang yang mempertanyakan apalagi sampai mengibarkan bendera merah tentang hasil eksplorasi Bre-X. Kecurigaan tersebut mendadak mengarah pada kubu Freeport, setelah Jim Bob menghubungi David Wals agar Bre-X mengirimkan geolog seniornya guna memberikan penjelasan kepada tim due diligence Freeportnya yang berada di Busang. Jim Bob menyatakan kepada Walsh bahwa inti bor Bre-X emasnya bukanlah emas Vulkanis.
De Guzman lalu dikirim untuk menemui tim Freeport di Busang atas permintaan Walsh dan Felderhof. Dengan demikian, memang Jim Bob-lah yang pertama kali megibarkan bendera merah. Jim Bob mengakui bahwa De Guzman sudah diberitahu oleh Walsh tentang alasan mengapa ia diminta untuk menemui tim Freeport di Busang. Selanjutnya Jim Bob hanya tutup mulut, satu-satunya orang yang ditelpon tentang absennya kandungan emas yang diteliti Freeport adalah Mohammad Hasan. Lalu setelah itu ada media yang memuat sebuah pernyataan yang seolah-olah datang dari pihak Freeport dan tak lama situs web Bre-X mengelurkan pernyataan bahwa hasil temuan Freeport dan Strathcona itu bersifat pendahuluan dan belum lengkap.
2. Dugaan Peracunan Contoh
Wahyu Sunyoto, geolog Freeport pula yang sejak beberapa lama “mencurigai” kesibukan Mike de Guzman di kawasan eksplorasi. Sebagai seorang yang pernah berteman dengan Mike, tentulah Wahyu ingin sekali bertemu untuk sekedar mengobrol membicarakan hasil temuan Mike yang dianggap spektakuler. Namun setiap kali ingin berjumpa dengan temannya itu, sepertinya Mike sibuk dengan proyek pengeborannya tersebut.
Kecurigaan juga pada emas asing yang berada di dalamcontoh yang diuji, ada yang berbeda dalam emas tersebut, karena eksplorasi Bre-X berada ditempat yang banyak mengandung bijih emas yang berbentuk bersudut, karena itu semestinya tidak terdapat kandungan emas yang berbentuk bulat. Hal tersebut dicurigai adanya pencampuran emas atau biasanya disebut “diracuni” oleh para geolog Indonesia di lapangan.

3. Bebek-bebek De Guzman
John Felderhof juga mempunyai sebuah kata sandi yaitu “Mike and his mighty ducks”, kata sandi tersebut bisa saja memiliki pengertian adanya satu lingkaran elit atau esoteric kalau tidak mau dikatakan konspiratif di lingkungan tim eksplorasinya. Seorang pengamat juga menunjukan bukti betapa Bre-X tampaknya sengaja merekrut geolog yang baru lulus sekolah dan tak punya pengalaman. Ada salah satu karyawan Bre-X yang mengundurkan diri karena tidak tahan dengan pelrilaku De Guzman yang penuhk erahasiaan.
Caesar Pusposdan Jerome Alo adalah dua orang “bebek” utama de Guzman, ada salah satu foto dimana Felderhof, Puspos, de Guzman dan Alo berfoto bersama, hal tersebut seperti di isyaratkan bahwa mereka telah di bapti suntuk seia-sekata untuk menjaga suatu kerahasiaan ini. Dua orang lainnya yang dianggap merupakan orang-orang terdekat de Guzman adalah Roberto P. Ramirez dan Manny Puspos.
4. Diperlukan Operasi Profesional
Banyak pertanyaan bagaimana untuk meracuni inti bor, menurut Prof. Dr. R.P Koesoemadinata menurutnya hal yang paling masuk akal adalah dengan meneteskan larutan sianida yang sudah diberi bubuk emas. Teori ini juga didukung oleh Dr. Ong Han Lin, pakar geolog kimia ITB. Menurut Ong, lebih baik lagi bila dilakukan dengan larutan khlorida, mengingat sianida adalah racun yang bisa membahayakan manusia. Tetapi, menurut Wahyu Sunyoto, emas asing yang ditemukan itu tidaklah merupakan emas yang sudah dilarutkan dalam sianida ataupun khlorida, karena apabila emas yang sudah dilarutkan tersebut bentuk aslinya sudah tidak dapat dilihat lagi dibawah mikroskop.
5. Model Komputer
Dengan mempelajari data hasil analisis laboraturium yang disajikan oleh Bre-X melalui situs web-nya di Internet, dapat dilihat adanya sebuah rekayasa yang cukup cermat. Menurut pengakuan Felderhof di Internet, jumlah inti bor di Busang mencapai lebih dari 5.000 kantung sedangkan menurut Paul Kavanagh, direktur Bre-X, jumlahnya mencapai 40.000 kantung).
6. Kecurigaan Pada Freeport
Paul Kavanagh mungkin adalah seorang yang pertama kali menuduh Freeport yang melakukan kesalahan. Paul Kavanagh yang merasa sakit hati setelah pulang dari Jakarta yang seperti diinterogasi oleh pihak Freeport. Tentang tuduhan tersebut Jim Bob menjawab bahwa Freeport tidak pernah memiliki saham Bre-X dan tidak pernah pula melakukan transaksi saham Bre-X. Dalam hari-hari panjang selama bulan April, saham Bre-X seperti sangat ketergantungan dengan setiap gerakan Freeport.
7. Media Massa Ikut Bersalah?
Menurut David Walsh, jatuhnya sahamBre-X bukanlah kesalahan dari Jim Bob. Pada kenyataannya media massa memang ikut bertanggung jawab atas anjlognya nilai saham Bre-X, contohnya saja pada pemberitaan di harian Neraca pada tanggal 21 Maret 1997, tentang isu tak adanya kandungan emas di Busang, mungkin mereka tidak menyadari bahwa berita tersebut dapat menggoyang dunia. Media massa, termasuk Internet memang telah menjadi instrumen yang mengakibatkan naik turunnya nilai saham.
8. Operasi Loa Duri Terungkap
Harian The Wall Street Journal  adalah surat kabar yang pertama kali mengungkap  the missing link dari kasus Busang. Harian tersebut memuat laporan dua wartawannya tentang adanya gudang penyimpanan contoh bor di Loa Duri, sebuah desa di pinggir sungai dekat Samarinda. Gudang di Loa Duri yang sudah dibangun setahun sebelumnya ini tak pernah disebut-sebut dalam laporan Bre-X. David Walsh dalam pernyataannya kemudian juga mengakui bahwa tidak pernah mengetahui adanya “Operasi Loa Duri” itu.
Gudang Loa Duri itu, 29 kilometer dari Samarinda kearah Tenggarong, mulai dioperasikan oleh Bre-X sejak Februari 1996. Tanah seluas setengah hectare yang sebelah sisinya berbatasan dengan sungai Mahakam itu disewakan untuk dipersiapkan sebagai pusat logistik.
Kelebihan : Bila dibaca dengan seksama kisah ini sangat menarik untuk dibahas, dimana    Freeport adalah salah satu perusahaan kontroversial di Indonesia hingga saat    ini. Dengan kisah ini pula kita jadi tahu kaum elit dibaliknya tidak hanya    orang luar saja melainkan pribumi pun ikut andil dalam investasinya, sebut    saja Muhammad Hasan. Dengan begitu kita dapat mengetahui bagaimana    dan siapa saja orang yang berpengaruh di Freeport.

Kekurangan : Cerita ini lumayan sulit dipahami apabila tidak dibaca dengan seksama.   Banyak juga kata asing yang sulit dimengerti.
BAB 8 IDA BAGUS SUDJANA
Seperti yang dilihat dari judul, bab ini seakan membawa pembaca melihat lebih dekat sosok Menteri Pertambangan dan Energi kala itu, Ida Bagus Sudjana. Dalam bab ini banyak membicarakan mengenai kritikan media asing, juga rekan-rekannya sendiri di kalangan pemerintahan terhadap keputusannya dalam masalah Busang ini. Sudjana bahkan dianggap kurang mampu melaksanakan tugasnya dan cenderung menyerahkan tanggung jawab kepada anak buahnya. 
Sosoknya makin kontroversial ketika ia mencopot Kuntoro Mangkusubroto dan Zuhal dari posisi mereka di Kementerian Energi dan Pertambangan, yang dianggap merupakan upaya untuk menyingkirkan pihak yang tidak setuju dengannya. Pada akhirnya Sudjana merupakan salah satu orang yang tetap optimis pada cebakan emas di Busang, meskipun verifikasi yang dilakukan oleh pihak strathcona mulai menemui titik terang dan disinyalir bahwa cadangan emas busang hanyalah tipuan belaka.
Bahkan Presiden Soeharto pun terbawa-bawa karena namanya sering disebut dengan nada minor di media massa internasional. Ini semua patut disesali. Andai saja Sudjana sudi mendengarkan suara-suara yang kritis terhadapnya, barangkali tak perlu jadi begini buntutnya. Sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, Sudjana pula yang sebenarnya harus menjadi filter dan kordon untuk mengamankan posisi Presiden Soeharto. Bukan malah membawanya masuk ke dalam masalah yang kemudian dikritik dan diolok-olok oleh pers international.
Sehingga pers asing – khususnya Amerika Serikat – menuding lemahnya regulasi pasar modal di Canada sebagai titik lemah, namun Indonesia sama sekali tidak dipersoalkan dari sisi regulasi. Yang diolok-olok oleh pers asing adalah bagaimana penguasa ikut campur dalam sisi bisnis yang bukan departemennya.
1. Bicara Dua Menit
Pada Februari 1997 Sudjana juga diundang untuk berbicara pada sebuah jamuan makan siang dengan para pengusaha Canada di Jakarta. Namun seorang pengusaha kecewa karna ida bagus sudjana hanya berbicara kurang lebih 2 menit pada forum itu dan menyerahkan pembicaranya kepada anak buah nya salah satunya adalah adnan ganto.
Ganto adalah orang kepercayaan sudjana. Ganto mempunyai latar belakang bisnis yang cukup mengesankan,pendidikan tertingginya ia berkuliah dibidang ekonomi di Negeri Belanda. Tak heran bila Adnan Ganto dilihat banyak orang sebagai the man in charge di lingkungan Departemen Pertambangan dan Energi.
Kekurangan : Penjelasan berhenti pada saat yang ditunggu-tunggu, yaitu penyesalan   Sudjana yang selalu menyatakan bahwa banyaknya kandungan emas di   Busang.
Kelebihan : Dijelaskan dengan rinci siapa itu Sudjana dan perannya dalam pemerintahan   yang ikut campur dalam urusan Busang. Dijelaskan pula latar belakang dan   apa saja yang telah dilakukan Sudjana dalam sangkut pautnya di Busang
BAB 9 TORONTO
Hari hitam itu ternyata di anggap sebagai fenomena hari cerah. Akan tetapi, dibalik kecerahan Toronto yang masih dingin pada Senin pagi itu, 5 mei 1999, ada kabut misteri yang seolah-olah menyungkup Gedung jangkung di pojokan York Street dan King street itu : The Troronto Stock Exchange (TSE). Orang -orang Toronto sendiri menyebut TSE sebagai The Exchange saja, dan terkenalnya gedung itu sebagai The Explorer Tower.
Sehari sebelumnya, Minggu malam 4 mei 1997, di Calgary, Provinsi Alberta, David Walsh telah mengumumkan hasil analisis Strathcona itu baru akan diumumkan pada hari Senin Pagi, 5 mei 1997, sesaat sebelum bursa saham dibuka. Tetapi, David Walsh rupanya tak tahan lagi menahan ketegangan pada dirinya.
Senin pagi itu surat-surat kabar di Toronto, Calgary, Vancouver, Boston, dan New York berebutan menampilkan pernyataan David Walsh. Hampir semua judul berita surat kabar itu mengandung kata scam (penipuan). Hanya The Wall Street Journal saja yang tetap teguh memegang sopan santun penyuntingan dan menyebut kasus itu sebagai fraud (misrepresentasi). Dalam pernyataan yang dikeluarkan secara resmi oleh Bre-X Minerals pad Minggu malam itu, David Walsh mengutip pernyataan Graham Farquharson, Presiden Strathcona Minerals, sebagai berikut: ”We very much regret having to express the firm opinion that an economic gold deposit has not been identified in the southeast zone of the Busang property, and Is unlikely to be.” (Dengan sangat menyesal kami terpaksa menyatakan pendapat kami yang tegas bahwa deposit emas secara ekonomis tidak berhasil ditemukan di kawasan tenggara Proyek Busang, dan tidak mungkin ada)
Pada hari Selasa, 6 Mei 1997, TSE membuka kembali perdagangan saham Bre-X. Hari itu TSE mencatat rekor transaksi terbesar kedua sepanjang sejarahnya. Dalam sehari itu, sejumlah 149,2 juta saham berpindah tangan, 58,3 juta diantaranya adalah saham Bre-X Mineral Ltd. Saham Bre-X yang masih diperdagangkan pada tingkat harga C$3,23 per lembar pada penutupan bursa pekan sebelumnya, telah lumat menjadi delapan setengah sen saja ketika bursa ditutup pada perdagangan hari pertama. Pada salah satu titik transaksi, saham Bre-X bahkan hanya bernilai enam sen saja. Sementara itu Nasdaq di New York tetap menunda transaksi saham Bre-X dan meminta pertemuan dengan petinggi Bre-X pada 13 Mei untuk menjelaskan situasinya. Akhir dari ini sudah bisa diduga. Dalam selang beberapa hari saja, bursa saham Toronto, Alberta, Vancouver telah melakukan delisting terhadap saham Bre-X. mengetahui posisinya, Bre-X secara sukarela mengundurkan diri dari Nasdaq
1. Kantor BRE-X Dikawal Ketat
Di Calgary, kantor BRE-X yang menempati sebuah gedung sederhana berlantai empat itu, mulai Minggu malam sudah dijaga ketat oleh petugas-petugas keamanan. Bagi kebanyakan orang Indonesia, Calgary adalah sebuah nama yang tak mempunyai makna. Hanya penggemar bulutangkis saja yang barangkali ingat bahwa Calgary adalah tempat berbagai pertandingan bulutangkis bertaraf internasional pernah diselenggarakan. Begitu turun dari pesawat di bandara Calgary yang kecil, orang akan melihat beberapa gedung tinggi yang menandai pusat kota Calgary di kejauhan,
Selasa malam sekitar, ketika menyangka bahwa tak ada lagi wartawan menunggu di depan gedung kantor, David Walsh melangkah memasuki gedung, diikuti oleh Steve McAnulty dan Brett Walsh, anak laki-laki David Walsh. Mendadak sontak, dari balik semak-semak muncul juru kamera Mark Fuller dan reporter Sandra McCallum dari Global TV. 
Sementara itu Paul Kavanaghdan Hugh Lyons menyatakan mengundurkan diri sebagai direktur Bre-X. Disusul kemudian dengan pengunduran diri Rolando Francisco sebagai Vice President Finance. Dalam waktu yang bersamaan, Bre-X mengumumkan pemecatan John Felderhof.
2. Dana Pensiun Yang Tenggelam Bersama BRE-X
Di Exchange Tower Toronto, bukan hanya Rowland Fleming yang risau pada Senin pagi itu. Di gedung yang sama juga berkantor First Marathon, saham yang paling banyak memperjual belikan saham Bre-X. Perusahaan ini mengakui harus menelan kerugian sejumlah C$4,5 juta akibat jatuhnya nilai saham Bre-X. Sebelumnya, First Marathon mengumumkan bahwa dalam beberapa bulan, mereka telah menderita kerugian sebesar C$8,7 juta, lebih dari separuhnya adalah dari transaksi saham Bre-X. Michael Walsh tak ada hubungnnya dengan David Walsh Vice President First Maraton menyatakan bahwa perusahaannya sudah tak memegang saham Bre-X lagi ketika memasuki bulan kedua 1997. saham kedua terbesar yang memperjulbelikan saham Bre-X adalah Nesbitt Burns. Nesbitt Burns, kabarnya tidak terlalu merugi karena banyak melakukan transaksi pada posisi shortsell.
3. Ancaman Bagi Perusahaan Yunior
The Toronto Stock Exchange dengan keras menolak anggapan bahwa kasus Bre-X telah merusak citranya. Tetapi, secara diam-diam, pada awal April 1997 TSE telah mengontrak sebuah perusahaan public relations dan manajemen krisis dari New York, Abernathy McGregor Group Inc. TSE tentu saja geram menjadi bulan-bulanan pers khususnya media massa Amerika Serikat yang menuding Canada sebagai “regulatory Wild West” yang telah memberi banyak celah untuk aksi-aksi penipuan terhadap investor. Koran The New York Times, misalnya, 
Dengan segera Bre-X menyediakan dana sebagai gajih kepada seluruh karyawan yang diberhentikan. Sebelum bulan Mei berakhir, Bre-X telah menuntaskan masalah Pemutusan Hubungan Kerja itu secara baik. Hanya beberap akaryawan administrasi saja yang masih dipertahankan sementara untuk mendampingi tim Price Waterhouse dan Strathcona menuntaskan penyidikan perkara. Kecepatan Bre-X menuntaskan masalah ini patut dipuji.. Tiba-tiba saja Sudjana mengeluarkan pernyataan bahwa Busang akan diserahkan penguasannya kepada PT Aneka Tambang. Tetapi, seminggu setelah pernyataan itu, para petinggi PT Aneka Tambang masih belum mengetahui secara persis tugas yang diberikan oleh Menteri Pertambangan dan Energi itu. Sudjana rupanya ]diberi tahu oleh beberapa pihak bahwa keputusan itu akan menimbulkan kasus hukum yang serius, mengingat masih adanya pihak-pihak yang sah memiliki Kuasa Pertambangan atas wilayah-wilayah yang pernah melibatkan Bre-X itu. Pemerintah telah melakukan tindakan yang benar dengan menendang Bre-X. Tetapi, Kuasa Pertambangan yang dimiliki Haji Syakerani tetap sah dimiliki olehnya. “Orang-orang di Merdeka Selatan (maksudnya: Departemen Pertambangan dan Energi) paling sering abadi terhadap masalah-masalah legal yang mendasar seperti itu,” kata seorang pengamat. 
Kekurangan : Terasa kurang apabila textnya tidak dibarengi dengan gambar, alur cerita   yang monoton sering kali membuat pembaca mengantuk, dengan banyaknya   teka-teki yang membuat pembaca kebingungan, alur cerita yang maju   mundur pun membuat pembaca kebingungan, banyak kata yang tidak umum di masyarakat
Kelebihan : Cerita yang bagus bagi penikmat teka-teki, dapat belajar untuk  menyusun    strategi yang cepat dan pengambilan keputusan yang sesuai





















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat dikatakan bahwa Bondan Winarno merupakan jurnalis investigasi hebat yang dimiliki Indonesia. Bagaimana tidak, di usia yang sudah bisa dibilang waktunya untuk beristirahat dan menikmati hasil kerja kerasnya selama ini malah ia gunakan untuk menyelidiki kasus pertambangan emas palsu di Kalimantan. Bermodal menggunakan uang pribadi dan tanpa media manapun yang bersamanya, Bondan melakukan penyelidikan ini sendirian. 
Bondan melancong sendirian ke Busang, Kanada, Filipina untuk menemukan serpihan teka-teki dan menjawab segala pertanyaan yang ia pikirkan. Buku ini pun ditulis dan disusun oleh dirinya sendiri, bahkan Bondan rela menyewa editor bahasa asing dan dibayar dengan uang pribadinya sendiri supaya buku ini dapat diedarkan dengan berbahasa Inggris. Tak hanya sampai situ saja, Bondan pun rela membuat perusahaan publikasi sendiri guna buku ini dapat diedarkan. 
Buku ini menjelaskan secara rinci mengenai perusahaan-perusahaan asing dan local yang terlibat dalam pertambangan ini. Dijelaskan pula  kaki-tangan yang terlibat, pertanyaan-pertanyaan apakah benar geolog ternama BRE-X memutuskan untuk bunuh diri, dan spekulasi-spekulasi yang timbul dari pertanyaan tersebut. 
Segala kelebihan dalam buku ini pun tak luput dari beberapa kekurangan yang penulis dapatkan. Dalam setiap bab yang menjelaskan tokoh terdapat sub bab lagi dengan topic yang berdiri sendiri, sehingga pembaca mengalami kesulitan untuk dapat kembali dalam benang merah cerita tokoh tersebut. Bahasa yang terlalu kompleks dan sulit dipahami pun menjadi penghambat untuk bisa menikmati dan bertahan membaca buku ini sampai habis. 
B. Saran
Terdapat lebih banyak buku-buku atau pelaporan investigasi yang bahasanya lebih mudah dipahami dan dimenegerti oleh semua kalangan masyarakat. Masyarakat Indonesia perlu tahu akan segala masalah dan rahasia yang ditutupi di negeri ini.



FLOWCHART








0 comments:

Post a Comment