Pengertian, Kriteria, Ciri dan Kode Etik Jurnalistik
Pengertian Jurnalistik
Jurnalistik adalah kegiatan, proses atau teknik mencari, menulis, dan menyebarluaskan informasi, berupa berita (news) atau opini (views) kepada publik melalui media massa, baik media elektronik maupun media cetak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2003), jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit dan menerbitkan berita di surat kabar dan sebagainya, yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran.
Istilah jurnalistik berasal dari bahasa Perancis, yaitu "journ" yang artinya catatan atau laporan harian. Kata jurnalistik dalam bahasa Belanda Journaliestiek, bahasa Inggris Journalism bersumber dari kata journal, yang dalam bahasa Latin yaitu "diurnal" yang berarti harian atau setiap hari
Berikut definisi dan pengertian jurnalistik dari beberapa sumber buku:
- Menurut Effendy (1984), jurnalistik adalah mengelola berita sejak dari mendapatkan bahan sampai pada menyebarluaskannya kepada khalayak.
- Menurut Widjaja (1986), jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu secepat-cepatnya.
- Menurut Sumadiria (2006), jurnalistik merupakan kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
- Menurut Adinegoro (Amar, 1984), jurnalistik merupakan semacam kepandaian mengarang yang pokoknya member pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.
- Menurut Kurniawan (1991), jurnalistik adalah suatu kegiatan dalam komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita atau ulasan mengenai berbagai hal atau peristiwa sehari-hari yang bersifat umum dan hangat, dalam waktu yang secepat-cepatnya.
Kriteria Berita Jurnalistik
Menurut Sumadiria (2006), terdapat beberapa kriteria sebuah berita dikatakan sebagai produk jurnalistik, yaitu:
- Keluarbiasaan (unusualness). Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Berita bukanlah sesuatu peristiwa biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, paling tidak dapat dilihat dari lima aspek, yakni lokasi peristiwa, waktu peristiwa, jumlah korban, daya kejut peristiwa dan dampak yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut.
- Kebaruan (newness). Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru, seperti sepeda motor baru, mobil baru, rumah baru, gedung baru, wali kota baru, dan lain sebagainya.
- Akibat (impact). Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif angkutan umum, tarif telepon, dan lain sebagainya. Apa saja yang menimbulkan akibat sangat berarti bagi masyarakat, itulah berita. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita terkandung.
- Aktual (timeliness). Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti.
- Kedekatan (proximity). Berita adalah kedekatan. Maksud kedekatan di sini adalah kedekatan geografis dan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal. Sedangkan kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.
- Informasi (information). Berita adalah informasi. Setiap informasi belum tentu memiliki nilai berita. Informasi yang tidak memiliki nilai berita tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memberi manfaat kepada khalayak.
- Konflik (conflict). Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur dan sarat dengan dimensi pertentangan.
- Orang penting (prominence). Berita adalah tentang orang-orang penting, ternama, pesohor, selebriti, dan lain sebagainya baik dalam kondisi biasa maupun luar biasa.
- Keterkaitan manusiawi (human interest). Kadang-kadang suatu peristiwa tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat, tetapi lebih menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan dan alam perasaannya. Apa saja yang dinilai mengandung minat insani, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu merupakan salah satu contoh ketertarikan manusiawi.
- Kejutan (surprising). Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan dan tidak diketahui sebelumnya. Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia, bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam.
Ciri Bahasa Jurnalistik
Menurut Sumadiria (2006), bahasa jurnalistik memiliki bentuk yang berbeda dengan tulisan atau bahasa pada umumnya. Adapun ciri-ciri bahasa jurnalistrik adalah sebagai berikut:
Baca Juga
- Sederhana. Sederhana berarti selalu mengutamakan atau memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya.
- Singkat. Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat sederhana.
- Padat. Padat berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca.
- Lugas. Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.
- Jelas. Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya, dan jelas sasaran atau maksudnya.
- Jernih. Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan.
- Menarik. Artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika.
- Demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa. Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional dan komunal sehingga sama sekali tidak dikenal pendekatan feodal sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan priyayi dan keraton.
- Populis. Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca.
- Logis. Artinya, apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense).
- Gramatikal. Berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.
- Menghindari kata tutur. Kata tutur adalah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Contoh: bilang, dibilangin, bikin, kayaknya, mangkanya, kelar, jontor, dll..
- Menghindari kata dan istilah asing. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif, juga sangat membingungkan. Menurut teori komunikasi, media massa anonim dan heterogen, tidak saling mengenal dan benar-benar majemuk.
- Pilihan kata (diksi) yang tepat. Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif, tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektivitas. Artinya, setiap kata yang dipilih memang tepat dan akurat, sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.
- Mengutamakan kalimat aktif. Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai pembaca daripada kalimat pasif. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman, sedangkan kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan mengaburkan pemahaman.
- Menghindari kata atau istilah teknis. Karena ditujukan untuk umum, bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Bagaimanapun, kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen, menurut perspektif filsafat bahasa, tidak boleh dibawa ke dalam realitas yang heterogen. Selain tidak efektif, itu juga mengandung unsur pemerkosaan.
- Tunduk kepada kaidah etika. Salah satu fungsi utama pers adalah mendidik. Fungsi ini bukan saja harus tercermin pada materi isi berita, laporan gambar, dan artikel-artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya.
Kode Etik Jurnalistik
Dalam rangka menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, seorang wartawan membutuhkan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan kode etik jurnalistik, yaitu sebagai berikut (Margianto dan Syaefullah, 2006):
- Pasal 1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beriktikad buruk.
- Pasal 2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
- Pasal 3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
- Pasal 4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
- Pasal 5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
- Pasal 6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
- Pasal 7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.
- Pasal 8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
- Pasal 9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
- Pasal 10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
- Pasal 11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
Rangkuman Buku "Jurnalistik Indonesia"
Penulis:
Drs. A.S. Haris Sumadiria M.Si
I. Menyelami Jurnalistik Indonesia
A. Arti dan Definisi Jurnalsitik
1. Pengertian Jurnalistik
Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa Prancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Dalam kamus, jurnalsitik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya (Assegaff, 1983:9).
2. Definisi Jurnalistik
Secara teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
B. Bentuk Jurnalistik
1. Jurnalsitik Media Cetak
Jurnalistik media cetak dipengaruhi dua faktor, faktor verbal dan visual. Verbal, sangat menekankan pada kemampuan memilih dan menyusun kata dalam kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif.
2. Jurnalistik Media Elektronik Auditif
Disebut juga jurnalistik radio siaran. Banyak dipengaruhi dimensi verbal, teknologikal, dan fisikal. Teknologikal, berkaitan dengan teknologi yang memungkinkan daya pancar radio dapat ditangkap dengan jelas dan jernih oleh pesawat radio penerima. Fisikal, erat kaitannya dengan kesehatan fisik dan kemampuan pendengar khalayak dalam menyerap dan mencerna setiap pesan.
3. Jurnalistik Media Elektronik Audiovisual
Disebut juga jurnalistik televise. Merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal, dan dimensi gramatikal. Dramatikal, berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatic yang dihasilkan oleh rangkaian gambar.
C. Produk Jurnalistik
1. Tajuk Rencana : opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai suatu institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, dan atau controversial yang berkembang dalam masyarakat.
2. Karikatural : secara etimologis, karikatur adalah gambar wajah dan karakteristik seseorang yang diekspresikan secara berlebih-lebihan,
3. Pojok : kutipan pernyataan singkat narasumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau kontroversi.
4. Artikel : tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual atau controversial bertujuan untuk memberi tahu (informatif), memengaruhi dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif). Terdapat beberapa jenis artikel yaitu artikel praktis yang lebih banyak bersifat petunjuk praktis cara melakukan sesuatu; artikel ringan yang lazim ditemukan pada rubrik anak-anak, remaja, dan keluarga; artikel halaman opini yang lazim ditemukan pada halaman khusus opini bersama tulisan opini lain yakni tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom, dan surat pembaca; artikel analisis ahli yang biasa ditemukan pada halaman muka, halaman-halaman berita, atau halaman rubrik-rubrik khusus tertentu.
5. Kolom : opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap persoalan yang terdapat dalam masyarakat.
6. Surat pembaca : opini singkat yang ditulis pembaca dan dimuat khusus pada rubrik khusus surat pembaca. Biasanya berisi komentar atau keluhan pembaca tentang apa saja yang menyangkut kepentingan dirinya.
D. Sekilas Perkembangan Jurnalistik
1. Kelahiran Wartawan Pertama
Dapat disebutkan bahwa wartawan-wartawan pertama lahir ketika zaman kepemimpinan Julius Caesar (100-44SM). Waktu itu sudah terdapat media bentukan pemerintah yaitu Acta senatus yang berisi hasil rapat senat dan Acta Diurna yang berisi hasil rapat rakyat dan berita lainnya. Para pemilik budak pada zaman itu menyuruh budaknya untuk mencari informasi tentang apapun sesuai keinginan majikannya yang nantinya dilaorkan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
2. Jurnalistik di Eropa
Tidak terdapat data yang dapat menjelaskan secara pasti surat kabar dan siapa yang menerbitkannya unruk pertama kali. Tapi pada 1605 Abraham Verhoeven di Antwerpen mendapat izin untuk menerbitkan selebaran Nieuwe Tijdinghen. Pada 1617 selebaran ini sudah terbit teratur 8-9 hari sekali. Pada 1629 Nieuwe Tijdinghen berganti nama menjadi Wekelijkscje Tijdinghen.
Di Jerman pada 1609 telah terbit Avisa Relation Order Zeitung. Pada tahun yang sama juga terbit surat kabar Relation di Strassburg. Di Belanda surat kabar tertua bernama Courante Uyt Italien en Duytscland terbit pada 1618. Di Inggris surat kabar pertama bernama Curant of General News pada 1662. Di Prancis, pemerintah menerbitkan surat kabar Gassete de France pada 1631.
3. Zaman Penjajahan di Indonesia
Sejarah jurnalistik di Indonesia dimulai pada abad 18, tepatnya pada 1744 ketika Bataviasche Nouvelles diterbitkan oleh penjajah Belanda. Pada 1776 juga terbit Vendu Niews yang berisi tentang berita pelelangan, juga diterbitkan oleh Belanda sebagai penjajah Indonesia. Sedangkan surat kabar pertama sebagai bacaan orang pribumi ialah majalah Bianglala pada 1854 dan Bromartani pada 1885, keduanya di Weltevreden. Pada 1856 terbit Soerat Kabar Bahasa Melajoe di Surabaya.
Sejarah jurnalistik Indonesia pada abad 20 ditandai dengan munculnya Medan Prijaji yang didirikan oleh dan modal orang Indonesia, yaitu Tirtohadisuryo, untuk bangsa Indonesia. Mulanya pada 1907, surat kabar ini berbentuk dan baru pada 1910 berubah menjadi harian.
4. Dari Bulan Madu ke Gelap Gulita
Pers Indonesia yang pada era kemerdekaan 1945, menjadi pers yang berusaha dan berorientasi untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan berubah haluan menjadi pers partisan pada 1950. Pers pada saat itu hanya merupakan corong bagi partai politik, hanyut dalam dunia politik praktis.
Era pers partisan tidak berlangsung lama karena setelah Dekrit Presiden 1 Juli 1959, pers Indonesia memasuki masa gelap gulita. Setiap perusahaan penerbitan haris memiliki Surat Izin Terbit (SIT). Apalagi ketika setiap surat kabar harus menginduk pada organisasi pokitik atau organisasi massa. Hal ini membuat wartawan sulit untuk mengeluarkan pikirannya lewat media tempat ia bekerja. Wartawan harus mengikuti kebijakan redaksi yang menginduk pada suatu paham organisasi tertentu.
5. Kebebasan Jurnalistik Pasca 1965
Pada era setelah 1965 banyak terjadi perubahan. Perubahan ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, peristiwa-peristiwa tegang yang terjadi setelah G-30S. Kedua, kebebasan pers menjadi lebih leluasa dibanding dengan periode sebelumnya. Ketiga, barangkali juga embrio sikap profesionalisme dalam redaksi dan dalam pengelolaan bisnis berupa sirkulasi, iklan, serta pengelolaan keuangan (Oetama, 1987:26).
Konflik-konflik yang terjadi mendorong masyarakat untuk mencari informasi lewat pers. Kemudian terjadilah proses lahir dan didiskusikannya gagasan politik, ekonomi, budaya. Surutnya partai-partai membuat media massa tidak lagi berafiliasi dengan parpol. Kondisi ini membuat pers dapat menjadi media yang independen cenderung mengambil jarak dengan parpol yang pada akhirnya menjadi alat kontrol sosial.
Sistem ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah pada saat itu, yaitu sistem ekonomi yang merujuk pada sistem pasar internasional, turut mempengaruhi pertumbuhan pers Indonesia. Bagian substansial dari ekonomi pasar adalah persaingan produk, promosi, dan periklanan. Bisnis iklan dan mimbar promosi lewat iklan, berkembang, di antaranya adalah surat kabar. Surat kabar bermunculan akibat dari kondusifnya situasi untuk berbisnis surat kabar. Surat kabar berkembang menjadi sarana ekonomi dan dapat tumbuh dengan subur. Tetapi sebagai wahana ekspresi, peyalur pendapat umum, dan pengemban fungsi kontrol sosial, pers dihadapkan pada berbagai pembatasan dan tekanan dari pihak penguasa (pemerintah). Sejarah menunjukkan bahwa kekuasaan orde baru sangat represif ketika pers menyentuh bidang politik (kekuasaan) pemerintah. Ditandai dengan dibreidelnya mingguan Mahasiswa Indonesia di Bandung dan diikuti sebelas penerbitan pers umum (peristiwa Malari).
II. Ruang Lingkup Pers
Ruang lingkup pers mencakup media cetak dan media elektronik. Pers dalam arti luas disebut juga media massa.
A. Fungsi Utama Pers
1. Informasi (to inform) : menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat seluas-luasnya.
2. Edukasi (to educate) : informasi yang disampaikan hendaknya dalam rangka mendidik.
3. Koreksi (to influence) : peran pers sebagai alat kontrol sosial.
4. Rekreasi (to entertain) : menghibur.
5. Mediasi (to mediate) : peran pers sebagai mediator/ penghubung antara informasi kepada masyarakat.
B. Karakteristik Pers
1. Periodesitas : harus terbit tepat waktu
2. Publisitas : harus ditujukan kepada khalayak yang heterogen
3. Aktualitas : informasi apapun yang disuguhkan harus mengandung unsur kebaruan. Secara teknis jurnalistik, aktualitas mengadung tiga dimensi: kalender, waktu dan masalah. Aktulitas kalender merujuk kepada peristiwa yang sudah tercantum pada kalender. Aktulitas waktu merujuk pada peristiwa yang baru, sedang, atau akan terjadi. Aktualitas masalah berhubungan dengan peristiwa yang jika dilihat topiknya, sifat, dimensi, dan dampaknya.
4. Universalitas : berkaitan dengan kesemestaan sumber dan materi media massa tersebut.
5. Objektifitas : nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh media massa dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.
C. Tipologi Pers
1. Pers Berkualitas : memilih cara penyajian yang etis, moralis, dan intelektual.
2. Pers Populer : memilih cara penyajian yang sesuai dengan selera zaman, cepat berubah-ubah, sederhana, tegas lugas, enak dipandang mata, sangat kompromistis dengan tuntutan pasar.
3. Pers Kuning : menggunakan pendekatan jurnalistik SCC (sex, conflict, crime)
D. Jenis dan Sirkulasi Pers
1. Pers Komunitas : dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan khalayak pembaca yang berada dalam satu lingkungan, misalnya suatu organisasi, perusahaan, wilayah.
2. Pers Lokal : hanya beredar di sebuah kota dan sekitarnya. Kebijakan redaksionalnya bertumpu pada pengembangan dimensi kedekatan geografis dan kedekatan psikologis.
3. Pers Regional : berkedudukan di ibukota provinsi. Sirkulasinya meliputi seluruh kota yang terdapat dalam provinsi itu.
4. Pers nasional : kebanyakan berkedudukan di ibukota Negara. Wilayah sirkulasinya meliputi seluruh wilayah yang terjangkau aleh sarana transportasi. Kebijakan redaksionalnya lebih banyak menekankan masalah, isu, aspirasi, tuntutan dan kepentingan nasional.
5. Pers Internasional : hadir di sejumlah negara dengan menggunakan teknologi sistem cetak jarak jauhdengan pola pengembangan zona atau wilayah.
E. Pilar Penyangga Pers
1. Idealisme : cita-cita, obsesi, sesuatu yang terus dikejar untuk bisa dijangkau dengan segala daya menurut etika dan norma profesi yang berlaku serta diakui oleh masyarakat dan negara.
2. Komersialisme : media massa harus berorientasi juga pada kepentingan komersialisme agar memiliki kekuatan untuk terus mejalankan idealisme.
3. Profesionalisme : tujuan dan aspirasi professional adalah kesetiannya pada bidang tugas. Profesional melayani masyarakat, memiliki kepedulian terhadap bidangnya, memiliki otonomi, mengatur dirinya sendiri
F. Landasan Pers Nasional
1. Landasan Idiil : Pancasila sebagai ideologi negara.
2. Landasan Konstitusional : UUD 1945 sebagai landasan konstitusional negara.
3. Landasan Yuridis Formal : UU Pokok Pers No. 40/ 1999 untuk pers dan UU Pokok Penyiaran No. 32/ 2002 untuk media radio siaran dan televisi.
4. Landasan Strategis Operasional : mengacu pada kebijakan redaksional masing-masing institusi pers.
5. Landasan Sosiologis Kultural : berpijak pada nilai dan norma sosial budaya agama yang berlaku pada dan sekaligus dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.
6. Landasan Etis Profesional : menginduk pada kode etik profesi.
G. Bahasa Jurnalistik Pers
1. Sederhana
2. Singkat
3. Padat
4. Lugas
5. Jelas
6. Jernih
7. Menarik
8. Demokratis
9. Mengutamakan kalimat aktif
10. Menghindari kata atau istilah teknis
11. Tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.
III. Klasifikasi, Jenis, dan Nilai Berita
A. Definisi Berita
v Paul Des Massener dalam Here’s The News: Unesco Associate menyatakan bahwa news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak
v Doug Newsom dan James A. Wollert dalam Media Writing News for the Mass Media: berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat.
v Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing: berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabat, karena dia menarik minat atau memunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dia dapat menarik pembaca untuk membaca berita tersebut
v William S. Maulby dalam Getting the News: berita bisa didefiniskan sebagai suatau penuturan secara benar dan tak memihak dari fakta-fakta yang memunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.
B. Klasifikasi Berita
Dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Berita berat (hardnews) dan berita ringan (softnews). Berdasarkan lokasi peristiwanya, berita dibagi dua, ditempat terbuka atau tempat tertutup. Berdasarkan sifatnya berita dibagi dua, berita diduga dan berita tak terduga.
C. Jenis-jenis Berita
Berita berdasarkan jenisnya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu elementary, intermediate, advance. Berita elementary mencakup berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news report), dan berita menyeluruh (comprehensive news report). Berita intermediate meliputi pelaporan berita interpretatif (interpretatif news report) dan pelaporan karangan khasc(feature story report). Sedangkan untuk kelompok advance merujuk pada pelaporan mendalam (depth reporting), pelaporan penyelidikan (investigative reporting), dan penulisan tajuk rencana (editorial writing).
D. Konsep Berita
Menurut George Fox Mott dalam New Survey of Journalism (1958), terdapat delapan konsep berita :
1. Berita sebagai laporan tercepat
2. Berita sebagai rekaman
3. Berita sebagai fakta objektif
4. Berita sebagai interpretasi
5. Berita sebagai sensasi
6. Berita sebagai minat insani
7. Berita sebagai ramalan
8. Berita sebagai gambar.
E. Kriteria Umum Nilai Berita
1. Keluarbiasaan (unusualness)
2. Kebaruan (newness)
3. Akibat (impact)
4. Aktual (timelines)
5. Kedekatan (proximity)
6. Informasi (information)
7. Konflik (conflict)
8. Orang penting (prominence)
9. Ketertarikan manusiawi (human interest)
10. Kejutan (surprising)
11. Sex (sex)
IV. Mencari, Meliput, dan Menulis Berita
A. Bagaimana Berita Diperoleh?
1. Berita Diduga Melalui Meeting
Rapat proyeksi diselenggarakan secar rutin, berpijak pada tiga asumsi :
1. Berita diduga yang baik hanya bisa diperoleh melalui persiapan yang baik.
2. Masyarakat kita semakin dinamis dan kritis sebagai dampak langsung bergulirnya era reformasi.
3. Media massa sebagai industri jasa komunikasi dan informasi, kini dihadapkan pada pola persaingan ketat.
2. Berita Tak Diduga Melalui Hunting
B. Mengenali Sumber berita
1. Sumber Berita Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, sumber berita dibagi dua, sumber berita resmi dan tidak resmi. Sumber berita resmi berasal dari pusat kegiatan pemerintahan. Sumber berita tidak resmi diperoleh dari anggota masyarakat, para ilmuwan, peneliti lapangan.
2. Sumber Berita Berdasar Materi Isinya
Menurut Errol Jonathan, berdasarkan materi isinya, sumber berita dklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar :
1. paper trail, bahan yang tertulis atau tercetak berupa press release, makalah, dan dokumen.
2. electronic trail, sumber dari perangkat elektronik semacam internet.
3. people trail, orang sebagai narasumber.
3. Saran Praktis Miller
1. Gunakan alat tulis di atas buku catatan kecil
2. Tulislah poin-poin yang memang susah diingat
3. Fokuskan perhatian pada apa yang sedang dibicarakan oleh sumber berita
4. Jika sumber berita itu hadir dan menyaksikan bagaimana wartawan membuat catatan, buatlah catatan yang to the point
5. Asah keterampilan membuat catatan
4. Kedudukan dan Kredibilitas Sumber Berita
Masalah sumber berita diatur dalam KEJ pasal 5 :
1. Wartawan Indonesia menghargai dan melindungi sumber berita yang tidak bersedia disebutkan namanya.
2. Keterangan yang diberikan secara off the record tidak disiarkan, kecuali apa bila wartawan yang bersangkutan secara nyata-nyata dapat membuktikan bahwa ia sebelumnya memiliki keterangan yang kemudian diberikan secara off the record.
3. Wartawan Indonesia dengan jujur menyebut sumbernya dalam mengutip berita, gambar, tulisan dari suatu penerbitan pers.
4. Dilarang menerima imbalan dari suatu pemberitaan.
C. Teknik Wawancara Berita
Wawancara berita adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan repeorter atau wartawan dengan narasumber untuk memperoleh informasi penting dan menarik.
1. Persyaratan Wawancara Berita :
1. Memiliki tujuan yang jelas.
2. Efisien
3. Menyenagkan
4. Mengandalkan persiapan dan riset awal
5. Melibatkan khalayak
6. Menimbulkan spontanitas
7. Pewawancara sevagai pengendali
8. Mengembangkan logika
2. Jenis-jenis Wawancara Berita :
1. Wawancara sosok pribadi (personal interview)
2. Wawancara berita (news interview)
3. Wawancara jalanan (man on the street interview)
4. Wawancara sambil lalu (casual interview)
5. Wawancara telepon (telephone interview)
6. Wawancara tertulis (written imnterview)
7. Wawancara kelompok (discussion interview)
3. Hal yang Harus Diperhatikan Selama Wawancara
1. Menjaga suasana
2. Bersikap wajar
3. Memelihara situasi
4. Tangkas dalam menarik kesimpulan
5. Menjaga pokok persoalan
6. Kritis
7. Sopan santun
4. Jenis-jenis Pertanyaan dalam Wawancara Berita
1. Pertanyaan terbuka : pertanyaan yang menghendaki jawaban yang luas dan bebas.
2. Pertanyaan hipotetik terbuka : hamper mirip dengan pertanyaan terbuka, yang membedakan hanya struktur pertanyaannya.
3. Pertanyaan langsung : menghendaki jawaban singkat, ya atau tidak.
4. Pertanyaan tertutup : membatasi ruang gerak penjawab, bahkan jawaban telah tersedia.
5. Pertanyaan beban : pertanyaan yang menimbulkan beban bagi penjawab disebabkan tidak ada jawaban benar, tetapi menuntut emosional.
6. Pertanyaan terpimpin : pertanyaan yang diikuti dengan arahan jawaban.
7. Pertanyaan orang ketiga : pertanyaan diajukan seolah-olah merupakan pertanyaan dari orang ketiga.
5. Tujuan Wawancara Berita
Menurut Jonathan, wawancara berdasarkan tujuan dapat dibedakan atas :
1. Wawancara faktual (the factual interview) : dilakukan untuk menggali, mencari, dan mengumpulkan fakta-fakta.
2. Wawancara riset pendapat (the opinion research interview) : untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi perhatian, pemikiran, pendapat narasumber.
3. Wawancara penegasan kredibilitas narasumber (a well known personality interview) : wawancara pakar untuk menguji kesahihan informasi yang berkembang dalam masyarakat.
D. Teknis Menulis Berita
1. Pola Penulisan Piramida Terbalik
Pesan berita disusun secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan lebih dulu pada paragraf pertama.
2. Berita Ditulis dengan Rumus 5W+1H
Setiap peristiwa yang dilaporkan harus memiliki unsur apa (what), siapa (who), kapan (when), di mana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how).
3. Pedoman Penulisan Teras
1. Teras berita yang menempati alinea pertama harus mencerminkan pokok terpenting berita.
2. Jangan mengandung lebih dari antara 30 dan 45 kata.
3. Harus ditulis dengan baik sehingga mudah dimengerti, kalimat-kalimatnya singkat sederhana, jelas melaksanakan ketentuan satu gagasan dalam satu berita.
4. Hal-hal yang tidak begitu mendesak, namun berfungsi sebagai penambah.
5. Mengutamakan unsur apa.
6. Dapat juga dimulai dengan unsur siapa.
7. Teras berita jarang menggunakan unsur bilamana pada permulaannya.
E. Syarat Judul Berita
Judul adalah identitas berita. Judul juga pemicu daya tarik pertama bagi pembaca. Judul berita yang baik harus memenuhi tujuh syarat :
1. Provokatif : judul yang dibuat harus mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak.
2. Singkat dan padat : mewakili isi berita. Ada dua alasan mengapa penulisan judul sangat singkat. Pertama, karena keterbatasan tempat.Kedua, keterbatasan waktu pembaca.
3. Relevan : berkaitan dengan pokok susunan pesan terpenting yang ingin disampaikan.
4. Fungsional : setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri dan memiliki arti yang tegas dan jelas.
5. Formal : berarti resmi, langsung pada pokok permasalahan, menghindari basa-basi.
6. Representatif : mencerminkan teras berita.
7. Merujuk pada bahasa baku : media massa dituntut untuk memberi contoh yang baik karena salah satu fungsi media massa yaitu to educate.
8. Spesifik : jangan gunakan kata-kata umum. Makin umum, makin kabur gambarannya dalam angan-angan. Sebaliknya, makin khusus, makin jelas (Soedjito, 1988:5-6).
F. Fungsi Teras Berita
Teras adalah paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan uraian berita. Teras berita memiliki empat fungsi :
1. Atraktif : arus dapat membangkitkan minat pembaca terhadap topik yang dilaporkan.
2. Introduktif : harus mampu mengantar pembaca kepada pokok persoalan. Maka dari itu teras berisi harus berisi rumus 5W 1H.
3. Korelatif : kalimat dalam teras harus dapat menjadi penghubung dengan bagian selanjutnya dari berita, yaitu bagian perangkai dan tubuh.
4. Kredibilitas : kredibilitas seorang wartawan akan tampak pada tulisan pada teras beritanya.
G. Jenis-jenis Teras Berita
1. Who Lead (Teras Berita Siapa) : unsur who dipilih dengan pertimbangan unsur siapa memiliki nilai berita yang lebih besar.
2. What Lead (Teras berita apa) : memiliki nilai berita yang jauh lebih tinggi daripada unsur-unsur yang lain.
3. When Lead (Teras Berita kapan) : dipilih dengan pertimbangan unsur waktu peristiwa.
4. Where Lead (Teras Berita Dimana) : dipilih dengan pertimbangan unsur tempat peristiwa.
5. Why Lead (Teras Berita Mengapa) : dipilih dengan pertimbangan unsur mengapa peristiwa itu dapat terjadi.
6. How Lead (Teras Berita Bagaimana) : dipilih dengan pertimbangan unsur bagaimana suatu peristiwa dapat terjadi.
7. Contrast Lead (Teras berita Kontras) : dipilih dengan pertimbangan unsur sesuatu yang berlawanan pada subjek pelaku peristiwa memiliki nilai berita yang jauh lebih besar dibanding dengan unsur yang lain.
8. Quotation Lead (Teras Berita Kutipan) : dipilih dengan pertimbangan unsur perkataan langsung yang dilontarkan oleh narasumber atau pelaku peristiwa memiliki nilai berita yang jauh lebih besar dibanding dengan unsur yang lain.
9. Question Lead (Teras Berita Pertanyaan) : pertanyaan yang dilontarkan narasumber diyakini memiliki nilai berita yang tinggi.
10. Descriptive Lead (Teras Berita Pemaparan) : teras berita pemaparan dipilih dengan pertimbangan unsur suasana yang melekat dalam suatu peristiwa memiliki nilai berita yang jauh lebih besar dibanding dengan unsur yang lain.
11. Narative Lead (Teras berita Bercerita) : teras berita bercerita dipilih dengan pertimbangan unsur realitas cerita yang terdapat dalam suatu peristiwa memiliki nilai berita yang jauh lebih besar dibanding dengan unsur yang lain.
12. Exclamation Lead (Teras Berita Menjerit) : teras berita menjerit dipilih dengan pertimbangan unsur yang dilontarkan oleh narasumber peristiwa memiliki nilai berita yang jauh lebih besar dibanding dengan unsur yang lain.
V. Feature: Jurnalistik Sastra
A. Arti dan Definisi Feature
1. Pengertian Feature
Secara sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada data dan fakta yang diperoleh melalui proses jurnalistik.
v Mc.Kinney, feature adalah suatu tulisan yang berada di luar tulisan yang bersifat berita langsung. Dalam tulisan ini pegangan 5W 1H dapat diabaikan.
v Wolseley dan Campbell dalam Exploring Journalism (1957) memasukkan feature pada surat kabar ke dalam segi hiburan.
2. Definisi Feature
v Feature adalah cerita khas kretif yang berpijak pada jurnalistik sastra tentang suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan, dengan tujuan untuk memberi informasi sekaligus menghibur khalayak media massa.
v Jullian Harris dalam The Complete Reporter (1985), secara umum arti kata feature meliputi suatu daftar panjang mulai dari komik sampai daftar panjang yang disebut kolom, yang tidak digolongkan dalam berita lempang.
v Richard Weiner dalam Webster’s New World Dictionary of Media and Communication (1990), feature adalah suatu karangan yang lebih ringan atau lebih umum tentang daya pikat manusiawi atau gaya hidup daripada berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih hangat.
v Daniel R. Williamson dalam Feature Writing for Newspaper (1975), feature adalah artikel yang kreatif, kadang subjektif, yang dirancang terutama untuk menghibur dan memberi tahu pembaca tentang peristiwa.
C. Kedudukan dan Fungsi Feature
1. Kedudukan Feature
Kedudukan feature sangat penting dalam media massa. Bagi surat kabar yang dikelola secara professional, kedudukan feature sebagai salah satu bentuk karya jurnalistik sastra, tidak hanya untuk memenuhi aspek kesemestaan media massa semata. Lebih dari itu, feature sekaligus juga diharapkan dapat meningkatkan citra media di mata khalayak.
2. Fungsi feature
1. Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news).
2. Pemberi informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi.
3. Penghibur atau sarana rekreasi dan pengembangan imjinasi yang menyenangkan.
4. Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan.
5. Sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi khalayak.
D. Jenis-jenis Feature
Menurut Wolseley dan Campbell dalam Exploring Journalism, paling tidak terdapat enam jenis feature :
1. Feature minat insani : dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana, hati, dan bahkan menguras air mata khalayak.
2. Feature Sejarah (Hystorical feature) : berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tapi juga mencakup aspek manusiawinyayang selalu mengundang daaya simpati dan empati khalayak.
3. Feature biografi (Biografiocal feature) : feature biografi atau tentang riwayat hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin negara dan masyarakat atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bemanfaat bagi peradaban umta manusia.
4. Feature perjalanan (Travelogue feature) : feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mngenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu.
5. Feature petunjuk praktis (How to do feature) : feature yang mengajarkan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
6. Feature ilmiah (Scientific feature) : feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan.
E. Feature : Junalistik Sastra
1. Cerpen, Sastra, Cerpen Hiburan, Feature
Cerpen menurut, menurut sastrawam Jakob sumardjo, dapat dibedakan antara cerpen hiburan dan cerpen serius atau cerpen sastra. Cerpen hiburan cenderung tidak realistis karena hanya menjual mimpi-mimpi hidup. Sedangkan cerpen sastra atau cerpen serius lebih mengengkat persoalan sehari-hari dengan metode penulisan berkualitas yang mengandung sisi moral, filsafat. Cerpen berasal dari realitas fiktif imajinasional dan feature sebagai realitas objektif faktual. Keduanya memang berpijak pada dunia narasi. Tapi terdapat koridor masing-masing yang menjadi pembatas wilayahnya. Salah satu hal yang harus disepakati, cerpen sastra dan cerita feature menyandang predikat sama: sastra. Untuk lebih jelasnya, feature adalah salah satu bentuk karya jurnalistik sastra.
2. Karakteristik Jurnalistik Sastra
Di Amerika pada awal 1960-an lahir dan tumbuh jurnalisme baru. Pada dasarnya, penganut aliran jurnalisme baru menolak berbagai paham dan kinerja yang sudah lama dikembangkan jurnalisme konvensional. Mengutip kalangan akademisi Amerika, secara umum hasil kerja para jurnalis baru itu itu dapat didefinisikan dalam empat bentuk pengembangan :
1. Menggambarkan kegiatan jurnalistik yang bertujuan untuk menciptakan opini publik dengan penekanan pada objektifitas pers demi bekerjanya fungsi watchdog.
2. Memetakan upaya jurnalisme yang mengkhususkan target pembacanya dengan model penerbitan jurnal-jurnal kecil yang memuat materi khusus berdasarkan profesi atau kebutuhan tertentu sekelompok masyarakat.
3. Menggunakan metode ilmiah dan teknik reportase dan mengadopsi langkah-langkah penelitian yang disyaratkan oleh dunia akademis ke dalam teknik pencarian berita.
4. Membuat sajian berita yang sejenis dengan kreasi sastra.
Fadler sebagai komunikolog, mencatat fenomena tersebut. Berdasarkan pengamatannya itu, Fadler membagi jurnalisme baru dalam empat pengertian :
1. Advocacy journalism : kegiatan jurnalistik yang berupaya menyuntikkan opini ke dalam berita.
2. Alternative journalism : merupakan kegiatan jurnalistik yang menyangkut publikasi internal dan lebih bersifat personal.
3. Precision journalism : kegiatan jurnalistik yang menekankan ketepatan informasi dengan memakai pendekatan ilmu sosial dalam proses kerjanya.
4. Literacy journalism : membahas pemakaian gaya penulisan fiksi untuk kepentingan dramatisasi pelaporan dan membuat artikel jadi memikat.
G. Norma-norma Jurnalistik Sastra
1. Riset mendalam dan melibatkan diri dengan subjek.
2. Jujur kepada pembaca dan sumber berita.
3. Fokus peda peristiwa-peristiwa rutin.
4. Menyajikan tulisan yang akrab-informal-manusiawi.
5. Gaya penulisan yang sederhana dan memikat.
6. Sudut pandang yang langsung menyapa pembaca.
7. Menggabungkan naratif primer dan naratif simpangan.
8. Menanggapi reaksi sekuensial pembaca.
VI. Teknik Menulis Cerita Feature
A. Empat Ciri Utama Cerita Feature
Jurnalisme sastra menekankan pada penceritaan pasda pelaporan berita. Dengan teknik berkisah maka laporan yang dibuat dapat disimak khalayak secara informatif dan imajinatif. Karena sifatnya yang imajinatif maka pembaca seakan merasakan kata demi kata yang tertulis pada laporan tersebut. Maka teknik berkisah tersebut dibangun berdasarkan unsur-unsur :
1. Penyusunan adegan : laporan disusun menggunakan teknik bercerita adegan demi adegan.
2. Dialog : berita disampaikan melalui dialog antara si pelaku dalam peristiwa yang dilaporkan melalui tulisan feature tersebut.
3. Sudut pandang orang ketiga : melalui alat ini, pembaca disuguhi setiap suasana peristiwa-peristiwa melalui pandangan mata seorang tokoh yang sengaja dimunculkan.
4. Mencatat detail : mencatat semua detail yang berhubungan dengan peristiwa. Contohnya : perilaku, adat istiadat, gaya hidup, dekorasi rumah, hubungan sosial, dan lainnya.
B. Unsur-unsur Pokok Dalam Cerita Feature
Sebagai sebuah cerita, feature dibangun dengan berpijak kepada beberapa unsur pokok :
1. Tema : ide cerita. Ide yang muncul berasal dari peristiwa yang sifatnya faktual dan aktual.
2. Sudut pandang : sudut pandang yang dipilih pengarang untuk melihat suatu kejadian. Terdapat empat sudut pandang yang asasi menurut Jakob Sumardjo, yaitu sudut pandang yang berkuasa, sudut pandang objektif, sudut pandang orang pertama, dan sudut pandang peninjau.
3. Plot :
4. Karakter : dalam dunia penulisan bergaya berkisah, tokohlah yang dapat menghidupkan cerita tersebut.
5. Gaya : cara khas seorang penulis feature menuliskan feature tersebut.
6. Suasana : dalam bercerita, suasana sangat dibutuhkan untuk menghidupkan cerita.
7. Lokasi Peristiwa : menunjukkan tempat kejadia dan kapan terjadinya. Bukan hanya background.
C. Nilai Pesan Moral Cerita Feature
Setiap cerita feature harus dapat membawa atau melahirkan pesan moral tertentu. Dari pesan moral itu, kahlayak dapat menrik pelajaran berharga mengenai kehidupan. Pesan moral feature disampaikan melalui dua cara. Pertama, dinyatakan secara tersurat melalui penuturan reporter secara langsung (manisfest message). Kedua, dinyatakan secara tersirat melalui jalan cerita, tokoh, karakter, plot, suasana, dan setting.
D. Anatomi Cerita Feature
Susunan bangunan cerita feature terdiri atas judul, intro, perangkai, tubuh, penutup. Bagian penceritaan disebut tubuh cerita. Pada bagian inilah cerita dikembangkan. Bagian penutup lazim disebut juga klimaks.
E. Topik dan Kriteia Topik Feature
1. Arti dan Contoh Topik Feature
Secara sederhana, topik adalah pokok bahasan. Secara teknis topik diartikan sebagai pernyataan isi pokok bahasan yang sudah dibatasi lingkupnya secara spesifik. Dalam penulisan cerita feature topik sebaiknya dirumuskan dalam satu kalimat utuh denga syarat kalimat itu tidak menyimpulkan, hanya memaparkan.
2. Kriteria Topik Cerita Topik
1.Topik feature merujuk kepada berita yang sedang berkembang, aktual, dan faktual.
2. topik feature sejalan dengan kualifikasi jenis, fokus, wilayah sirkulasi media yang akan memuatnya.
3.Topik feature sesuai dengan filosofi, visi, misi, dan kebijakan media penerbitan
4. Topik feature berpijak pada kaidah dan etika dasar jurnalistik seperti objektifitas, bobot, dan nilai.
5.Topik feature tidak bertentangan dengan aspek ideologis, aspek yuridis, aspek sosilogis, dan aspek etis yang terdapat dalam suatu masyarakat
6.Topik feature senantiasa berorientasi pada nilai-nilai luhur peradaban universal seperti kemanusiaan.
F. Judul Cerita Feature
1.Provokatif : judul yang dibuat harus mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak.
2. Singkat dan padat : mewakili isi berita. Ada dua alasan mengapa penulisan judul sangat singkat. Pertama, karena keterbatasan tempat.Kedua, keterbatasan waktu pembaca.
3. Relevan : berkaitan dengan pokok susunan pesan terpenting yang ingin disampaikan.
4. Fungsional : setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri dan memiliki arti yang tegas dan jelas.
5. Formal : berarti resmi, langsung pada pokok permasalahan, menghindari basa-basi.
6. Representatif : mencerminkan teras berita.
7. Merujuk pada bahasa baku : media massa dituntut untuk memberi contoh yang baik karena salah satu fungsi media massa yaitu to educate.
8. Spesifik : jangan gunakan kata-kata umum. Makin umum, makin kabur gambarannya dalam angan-angan. Sebaliknya, makin khusus, makin jelas.
G. Arti dan Fungsi Intro Feature
1. Arti dan Fungsi Intro Feature
Intro pada feature yaitu paragraf pertama. Fungsi intro terutama pemicu perhatian khalayak sekaligus sebagai pintu masuk ke dalam bangunan cerita.
2. Pedoman Penulisan Intro Feature
a. Tulislah ringkas. Jangan obral kata-kata.
b. Tulislah alinea secara ringkas.
c. Gunakan kata-kata aktif
H. Jenis-jenis Intro Cerita Feature
1. Intro ringkasan
2. Intro bercerita
3. Intro deskriptif
4. Intro kutipan
5. Intro pertanyaan
6. Intro menuding langsung
7. Intro penggoda
8. Intro unik
9. Intro gabungan
10. Intro kontras
11. Intro dialog
12. Intro menjerit
13. Intro statistik
I. Teknik Menutup Cerita Feature
1 Penutup Ringkasan
2 Penutup penyengat
3 Penutup klimaks
4 Penutup menggantung
5 Penutup ajakan bertindak
Daftar Pustaka
- Sumadiria, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
- Amar, M.Djen. 1984. Hukum Komunikasi Jurnalistik. Bandung: Alumni.
- Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
- Effendy, Onong U. 1984. Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni.
- Kurniawan, Junaedhie. 1991. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Margianto, Heru dan Syaefullah, Asep. 2006. Media Online: Pembaca, Laba dan Etika. Divisi Penyiaran dan Media Baru AJI Indonesia.
0 comments:
Post a Comment